Dilema Pendidikan Ilmu Kepegawain - PIK


Dari kecil kami telah pernah mendegar dengan nama jakarta, siapa yang tidak kenal dengan kota besar sebagai ibukota negara RI itu, banyak orang menghayal dan berangan buat kesana maklum kami tinggal di sebuah pulau dekat pulau jawa yakni pulau Andalas yang lebih di kenal dengan Sumatera. Setelah dewasa pada oktober tahun 2007 kami mendapat kesempatan untuk tinggal di kota jakarta yang metropiltan itu untuk menjalakan tugas belajar yang telah kami peroleh dari pemerintahan daerah kami, yakni di Badan Kepegawaian Negara ( BKN ), kami datang dari berbagai pulau, baragai daerah, dan beraneka ragam suku, bahasa, budaya dan agama.
 pada awal nya jakarta memamang terasa begitu mengoda,gedung yang menjulang dan serba modern namun sesuai berlalu nya waktu akhir nya kami salah menilai tetang jakarta, hiruk- pikuk jakarta membuat kami terbangun dari keluguan,  ternyata jakarta itu kejam merubah hati manusia menjadi hati seekor harimau. Kami terperangkap dalam sebuah perjuangan, setelah beberapa bulan menempuh perkuliahan kami merasa jenuh, bukan karena dalam hal pelajaran akan tetapi akan sebuah kemunafikan orang-orang  jakarta yang metropolitan.
Mungkin ini sebuah curahan hati namun ini lah realita nya. Di bawah naungan Badan Kepegawaian Negara yang nama nya sangat begitu di kenal, kami mendapatkan pendidikan Ilmu kepegawaian, setelah beberapa bulan kemudian mengalami beberapa kali perubahan status dari Diploma III, Diploma IV hingga pada akhir nya 2008 pertengahan menjadi  Strata I ( SI ). Hari demi hari, bulan demi bulan hingga berganti tahun status yang sebenar nya kami belum dapat kan, kami semakin resah karena merasa kecewa atas besar nya beban yang kami terima, namun sang penguasa tidak pernah mengganggap serius atas kegelisahan serta jeritan hati kami.
Banyak sudah yang telah kami korban kan , berkorban mental dan materi dan bahkan kelurga, salah seorang teman kami yang bernama Hadi utusan dari Mahkamah Konstitusi ( MK ) yang saat itu baru menikmati indah nya sebuah pernikahan, mengalami sakit dan pada akhir nya menghembuskan nafas terakhir di usianya yang ke 26 tahun, sementara dari irian jaya, kalimantan, sulawesi dan sumatera mereka meninggal kan anak serta istri nya, sampai teman kami yang dari jambi anak nya meniggal akibat tuntutan pendidikan yang perlu kami pertanggung jawab kan. Namun kami tetap semangat dan bermetal baja biarpun terlalu banyak tekanan yang kami dapatkan baik tekanan dari instansi yang mengutus kami dan begitu juga dengan tempat kami menyandang pendidikan.
Malang nasib mu nak, kata itu lah yang sering kami lontarkan tatkala kami sedang binggung akan keadaan tempat kami pendidikan, keseriuasan pihak pelaksana makin tidak terlihat kejelasan nya, bak pepatah “ sediakan payung sebelum hujan”  ibarat mobil beli dulu Ban baru bisa di jalan kan” tekanan terus berlanjut hingga banyak dari kami yang di ancam dengan PP 53 peluru terbaru Badan Kepegawaian Negara buat PNS tahun 2010, kami lah kelinci percobaan nya, sebenar nya kami ingin bertanya  pernahkah mereka menilai diri mereka? Pernahkan merakan berkaca? Pernahkan mereka sadar akan kekhilafan nya?kami bagaikan
“berburu kepadang datar, dapat rusa belang kaki, berguru kepalang ajar, bagai kan bunga kembang tak jadi” pepatah lama itu sangat menyentuh hati, Kami sangat membutuhkan akan sebuah keadilan serta sebuah ketegasan bukan seorang pemimpin takut akan sebuah jabatan yaitu keadalan dari sang pencipta hukum, pencipta peraturan dan pencipta Undang-undang, namun hanya tuhan lah yang bisa menjawab nya.Dengan keadaan sekabur ini,seharus nya lah  perbanyak intropeksi diri,perbaiki sistem tunjukan kepada bangsa indonesia bahwa mereka mampu, dan belajarlah dari kesalahan karna kesalahan awal dari kesempurnaan.
 “Malang nasib mu nak “ sering berputar nya hari, tahun berganti korban berikut nya pun berdatangan hingga beberapa angkatan. kami pun agak sedikit tertawa dan sedikit sedih, tertawa dengan sang pendiri dan sedih dengan teman kami yang baru menginjakan kaki di jakarta raya ini. sampai saat ini banyak teman kami yang terancam hukuman disiplin karena tersandung PP 53 tentang Disiplin PNS dan bahkan ada yang di ancam di pecat akibat pengaduan dari pihak penyelenggara yang kurang bercermin, kami terlambat kejakarta di karenakan libur hari raya idul fitri 1431 H kami terlambat masuk kuliah berdasarkan minim nya keuangan yang kami milki ada yang berusaha dalam tahap mencari pinjaman, mahal nya harga tiket, dan paling kami rasa kan indah nya sewaktu berkumpul dengan kelurga yang telah lama kami tinggalkan.
 kami bagai kan buah simala kammah, Kami hanya bisa berharap agar pihak penyelegara dapat menjelaskan kepada instansi kami atas ketidak pastian proyek mereka, mari lah bercermin dari kekhilafan, hingga kami bisa menyelesaikan pendidikan tepat pada waktu yang tealh di tentukan sesuai Surat Keputusan dari instansi kami dan terbebas dari neraka jahanam ini.

3 komentar: